Suku Mentawai adalah penduduk asli Kepulauan Mentawai, terletak sekitar 100 mil dari Kota Padang provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Mereka adalah pendukung budaya Proto-Melayu yang menetap di Kepulauan Nusantara sebelah barat. Suku ini dikenal sebagai peramu dan ketika pertama kali dipelajari belum mengenal bercocok tanam. Mereka menjalani gaya hidup pemburu-pengumpul semi-nomaden di lingkungan pesisir dan hutan hujan di pulau-pulau tersebut.
Tradisi yang khas adalah penggunaan tato di sekujur tubuh, yang terkait dengan peran dan status sosial penggunanya. Suku Mentawai mengikuti kepercayaan mereka sendiri yang disebut Sabulungan. Ini adalah kepercayaan animisme di mana segala sesuatu memiliki roh dan jiwa. Ketika arwah tidak diperlakukan dengan baik atau dilupakan, mereka mungkin membawa nasib buruk seperti penyakit dan menghantui mereka yang melupakannya.
Mentawai juga memiliki keyakinan yang sangat kuat terhadap benda-benda yang mereka anggap suci. Orang-orang Mentawai dicirikan oleh spiritualitas mereka yang kuat, seni tubuh, dan kecenderungan mereka untuk mengasah gigi mereka, sebuah praktik yang mereka rasa membuat seseorang menjadi cantik. Mentawai cenderung hidup serentak dan damai dengan alam di sekitar mereka karena mereka percaya bahwa semua benda di alam memiliki semacam esensi spiritual.
Suku Mentawai juga memiliki tradisi unik yaitu Sikerei. Sikerei adalah orang yang dipercayai memiliki kekuatan spiritual yang tinggi dan kedekatan dengan roh leluhur untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sikerei bertugas untuk melakukan penyembuhan pada orang sakit dengan memberikan ramuan obat sambil menarikan tarian khusus disebut dengan Turuk. Turuk adalah tarian untuk memanggil arwah leluhur. Di dalam Suku Mentawai Sikerei diperlukan sangat baik. Selain Sikerei juga harus didampingi mediator yang bertugas menjaga kelancaran arus komunikasi antara penduduk suku dengan alam para arwah leluhur.
Suku Mentawai memiliki rumah adat yang di sebut Uma, rumah tradisional Suku Mentawai yang terbuat dari bahan-bahan yang di sediakan alam Mentawai seperti, kayu, pohon sagu, daun sagu, bambu, dan akarakar. Melambangkan masyarakat Mentawai terbiasa hidup di alam dan bisa bertahan hidup dengan berharap kepada hutan yang ada. Uma Mentawai sangat besar terdiri dari 4 ruangan, termasuk dapur yang setiap ruangannya tidak memiliki sekat, hanya dapur bagian belakang yang memiliki sekat dikarenakan ruangan dapur adalah ruangan intim keluarga dan ruangan untuk perempuan Mentawai beristirahat.
Yang membuat suku Mentawai ini menarik karena merupakan salah satu suku yang tertua di Indonesia. Nenek moyang dari suku Mentawai ini diketahui dan diyakini oleh para peneliti sudah mendiami lokasi kepulauan Mentawai di barat Sumatera sejak tahun 500 SM. Hal ini yang membuat kebudayaan dari Suku Mentawai serta adat istiadat yang dimiliki oleh suku Mentawai sangatlah kuat. Masyarakat Suku Mentawai, memiliki keterikatan kuat dengan hutan.
Mereka mempunyai makanan pokok sendiri. Sagu dan keladi menjadi makan mereka sehari-hari. Uniknya, padi bagi mereka hanyalah makanan sekunder. Pasalnya, hutan belantara menjadi habitat alami bagi sagu dan keladi. Tak perlu khawatir, buah, sayur dan protein mereka tercukupi. Mereka dapat dengan mudah mencarinya di pedalaman hutan. Selain sagu, makan daging hewan juga merupakan kebiasaan dari suku Mentawai. babi hutan, ulat sagu, ayam, dan juga kijang adalah jenis daging yang dikonsumsi oleh masyarakat suku Mentawai.
Sampai saat sekarang masyarakat suku Mentawai masih bisa bertahan di rumahnya, kehidupan masyarakat Mentawai bisa dikatakan jauh dari akses dunia modrenisasi, namun itu tidak dapat mengalahkan semangat msayarakat suku Mentawai untuk lebih berkembang, terutama generasi muda nya. Tidak diherankan sekarang generasi muda msayarakat suku Mentawai banyak yang melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Untuk menuju ke Mentawai wisatawan diharapkan intuk mencari informasi terlebih dahulu dan menggunakan pemandu wisata yang dipercaya. Jika dari Jakarta wisatawan bisa memesan tiket pesawat menuju Padang, Sumatera Barat. Dari Padang ada dua alternatif untuk sampai ke Mentawai, pertama menggunakan kapal ASDP menempuh waktu sekitar 10 jam perjalanan “agak sedikit hemat dan merasakan sensasi yang berbeda”, atau dengan menggunakan kapal cepat dengan jarak tempuh 4 – 5 jam perjalanan. Kepulauan Mentawai ini bisa dibilang infrastrukturnya sedikit lebih susah, diharapkan untuk semua wisatawan yang akan dating untuk membawa persiapan uang khas. Untuk pergi dan berkunjung ke Mentawai disarankan untuk berrimbongan, jika kita sendirian ke sana biaya sangat besar dikeluarkan untuk logistik dan sewa perahu.
Lahir dan besar di Padang, Bayu adalah pakar budaya dan wisata Sumatera Barat. Pemandu wisata yang berpengalaman, penjelajah, dan orang baik yang ramah, dia senang berbagi keahliannya, selera musik yang bagus, dan teman yang baik.